Senin, 12 Agustus 2019

PENDEKATAN MNJ KELAS



TUGAS
MANAJEMEN KELAS DI SD
Tentang
PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS

OLEH :
ERMITA SUSANDRI
1620245



DOSEN PENGAMPU : YESSI RIFMASARI M.Pd


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ADZKIA PADANG
2019/2020

PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS
A.    PENGERTIAN PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS
Pendekatan berasal dari kata dekat yang berarti pendek,tidak jauh, hampir, akrab dan menjelang. Sementara pendekatan secara bahasa dapat diartikan sebagai proses atau cara perbuatan mendekati. Namun, secara istilah pendekatan bersifat aksiomatis (yang sudah jelas kebenarannya) menyatakan suatu pendirian, filsafat, keyakinan atau merupakan sebuah bahan pokok. Jadi manajemen kelas dapat diartikan sebagai cara pandang seorang guru dalam menentukan kegiatan mengelola kelas.
Kemampuan seorang guru dalam mengelola kelas termasuk salah satu dari perwujudan kompetensi pedagogik.
B.     SIKAP GURU DALAM MANAJEMEN KELAS
Djamarah (2006 : 185) yaitu:
1)      Hangat dan antusias, guru yang hangat dan akrab pada siswa akan menunjukkan antusias pada tugasnya,
2)      Menggunakan kata – kata, tindakan, cara kerja dan bahan – bahan yang menantang akan meningkatkan kegairahan siswa untuk belajar,
3)      Bervariasi dalam penggunaan alat atau media pola interaksi antara guru dan siswa,
4)      Guru luwes untuk mengubah strategi mengajarnya,
5)      Guru harus menekankan pada hal – hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal – hal yang negatif dan
6)      Guru harus disiplin dalam segala hal.
Tipe kepemimpinan yang otoriter harus diubah menjadi lebih demokratis karena tipe kepemimpinan otoriter menumbuhkan sikap agresif tetapi siswa hanya aktif kalau ada guru dan kalau guru yang demokratis maka semua aktivitasnya akan menurun. Tipe kepemimpinan guru yang demokratis lebih mungkin terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling mempercayai. Untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal guru harus menempatkan diri sebagai model, pengembang, perencana, pembimbing dan fasilitator.
C.     PERAN GURU DALAM MANAJEMEN KELAS
Abu Ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembimbing atau pembina dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut : 
1)      Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa aman dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.
2)      Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-kecakapan, sikap, minat dan pembawaannya. 
3)      Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku social yang baik.
4)      Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
5)      Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya. 
Peranan guru sebagai pembimbing/pembina harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan dan binaan anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.
Erick Hoyle (Rochman Natawidjaja, 1988: 32-33) mengemukakan seperangkat peranan guru yang sekaligus ditampilkannya di dalam kelas. Peranan-peranan itu sebagai berikut : 
1)      Wakil masyarakat.
2)       Hakim (memberi nilai).
3)      Sumber (proses, pengetahuan dan keterampilan).
4)      Penolong (memberi bimbingan bagi kesulitan siswa).
5)      Detektif (menemukan pelanggar aturan).
6)      Pelerai (menyelesaikan perselisihan diantara siswa).
7)      Obyek identifikasi bagi siswa.
8)      Penawar kecemasan (membantu siswa mengendalikan nafsu).
9)      Penunjang kekuatan ego (membantu siswa untuk memiliki kepercayaan pada diri sendiri).
10)  Pemimpin kelompok (membentuk iklim kelompok).
11)  Pengganti orang tua (bertindak sebagai tempat mengeluh anak-anak muda).
12)  Sasaran kemarahan siswa (bertindak sebagai obyek agresi yang timbul dari frustasi yang diciptakan orang dewasa).
13)  Teman dan kepercayaan (membangun hubungan yang hangat dengan anak dan saling mempercayai).
14)  Obyek perhatian (mematuhi kebutuhan psikologi anak).

D.    MACAM-MACAM  PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS
 Beberapa pendekatan untuk pengelolaan kelas yang dapat dipelajari dari berbagai sumber, dapatlah dikemukakan paling tidak mencakup pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional, pendekatan proses kelompok, dan pendekatan eklektik (Entang, Joni, dan Prayitno: 1985).
1)      Pendekatan Perubahan Tingkah Laku (Behavior Modification). Pengelolaan kelas menurut pendekatan ini mendasarkan pada asumsi bahwa:
a)      Semua tingkah laku anak, yang baik atau yang kurang baik, merupakan hasil proses belajar, dan
b)      Terdapat proses psikologis yang fundamental untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud.
Adapun proses psikologis yang dimaksudkan itu adalah:
a)      penguatan positif atau positive reinforcement,
b)      hukuman,
c)      penghapusan, dan
d)     penguatan negatif atau negative reinforcement.
Menurut pendekatan ini, untuk membina suatu tingkah laku anak yang dikehendaki maka guru dituntut untuk  memberi penguatan positif atau memberi dorongan positif sebagai ganjaran dan guru dituntut pula untuk memberi penguatan negatif yakni menghilangkan hukuman atau stimulus negatif. Selanjutnya untuk mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki, guru dituntut untuk menggunakan hukuman atau pemberian stimulus negatif, dan melakukan penghapusan atau pembatalan pemberiaan ganjaran.
2)      Pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate). Pengelolaan kelas menurut pendekatan ini mendasarkan pada asumsi bahwa:
a)      proses pengajaran yang efektif mensyaratkan iklim sosio-emosional yang baik atau adanya jalinan hubungan inter-personal yang baik di antara pihak yang terlibat dengan proses pengajaran itu, dan
b)      guru merupakan key-person dalam pembentukan iklim sosio-emosional yang dimaksudkan. Banyak saran yang dapat dipelajari guna membantu guru menciptakan iklim soio-emosional yang kondusif bagi efektivitas pengajaran.
 Namun demikian beberapa hal yang dianggap penting adalah sikap dan kebiasaan guru untuk tampil jujur, tulus dan terbuka; bersemangat, dinamis dan enerjik. Hal lainnya adalah kesadaran diri; menerima dan mengerti siapa anak didiknya dengan penuh rasa simpati. Selain itu yang tidak kurang pentingnya adalah keterampilan berkomunikasi secara efektif, kemampuan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat, kemampuan mengembangkan prosedur pemecahan masalah, kemampuan mengembangkan rasa tanggung jawab sosial, dan kemampuan mengembangkan iklim dan suasana belajar yang demokratis. terbuka
3)      Pendekatan Proses Kelompok (Group Processes). Pengelolaan kelas menurut pendekatan ini mendasarkan pada asumsi:
a)      pengalaman belajar (bersekolah) berlangsung dalam konteks atau kelompok sosial, dan
b)      tugas guru yang pokok adalah membina dan kelompok yang produktif dan kohesif.
Di antara banyaknya saran yang patut diperhatikan dalam pendekatan ini, Schmuck dan Schmuck yang dikutip Entang, Joni dan Prayitno (1985) berpendapat bahwa unsur-unsur pengelolaan kelas dalam rangka pendekatan proses kelompok mencakup:
a)      harapan yang timbal balik yang realistik dan jelas antara siswa dan guru.
b)      kepemimpinan yang mengarahkan kegiatan kelompok untuk pencapaian tujuan-tujuan,
c)      pola dan ikatan persahabatan terbentuk yang mendukung kelompok semakin produktif,
d)     terdapat pemeliharaan norma kelompok yang semakin produktif, menggantikan norma yang kurang produktif,
e)      terjalin komunikasi yang efektif antar anggota kelompok yang terlibat, dan
f)       terdapat derajat keterikatan yang terhadap kelompok secara keseluruhan (cohesiveness).
4)      Pendekatan Eklektik.
Pendekatan ini mendasarkan pada pemahaman atas adanya kekuatan dan kelemahan dari kesemua pendekatan di muka. Pendekatan eklektik lebih menunjukkan suatu penggunaan kombinasi dari beberapa pendekatan ketimbang menggunakan satu pendekatan secara utuh. Jadi dalam prakteknya, guru itu menggabungkan semua aspek terbaik dari pendekatan-pendekatan yang digunakannya yang secara filosofis, teoritis dan psikologis dibenarkan (Rachman, 1998/1999: 79). Oleh karena itu menurut dia syarat yang perlu dipenuhi guru dalam menerapkan pendekatan ini, adalah:
a)      menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas, dan
b)      dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan masalah pengelolaan kelas yang dihadapi.













DAFTAR RUJUKAN
Djamarah, Syaiful Bahri.2006.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta
Wiyani, Novan Ardy.2013.Manajemen Kelas.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media




4 komentar:

  1. Pendekatan apa yang cocok digunakan guru dalam mengajar?

    BalasHapus
  2. Artikel ini sangat bermanfaat

    BalasHapus
  3. Artikelnya sangat bermanfaat dan menambah wawasan👍

    BalasHapus
  4. Bagus,teruslah membuat artikel. Dan terus berkreasi

    BalasHapus

Membina Hubungan Masyarakat dan Sekolah dalam Menerapkan Disiplin

TUGAS Management Kelas di SD Tentang Membina Hubungan Masyarakat dan Sekolah dalam Menerapkan Disiplin Oleh : Ermita Susan...